Langsung ke konten utama

Simpel dan Sederhana...

Rentetan peristiwa yang memberi pelajaran kembali tercipta.

Semua peristiwa dalam hidup pasti memberi arti dan menjadi motivasi gerak.

Sebanarnya hanya mau bercerita sedikit tentag beberapa kejadian yang membuatku meriview ulang konsep diri.

Siang itu, aku bersama Gam ngopi di kantin ekonomi, seperti biasa ngopi, berarti aktifitasnya adalah duduk minum kopi dang ngobrol-ngobrol.
di sela percakapan, ada seseorang peria separuh baya, datang duduk di bangku satu meja dengan kami, aku dan gam belum peduli pada pria itu, kami terus ngobrol dan ngobrol.

Pria itu ternyata memang terlihat jenuh merasa sendiri di keramaian ,,,akhirnya ia membuka obrolan,,awalnya tentang serangan penyakit yang tak mengenal usia, sampai ngobrol tentang berapa jumlah rumahnya,apa pekerjaannya,kuliah angkatan berapa,pernah sekolah dimana saja,asli mana,hingga masalah bagaimana ia mempunyai prinsip hidup.

" Hidup harusnya simpel dan sederhana ", begitu menurutnya, pria itu bercerita panjang lebar menjelaskan prinsipnya,banyak memberi contoh konkrit dari pengalaman hidupnya, dari bagaimana melakuakan pekerjaanya sebagai dosen, hingga masalah negara sampai masalah gayus tambunan...hehehe

setelah beberapa waktu percakapan tanpa melalui tahap perkenalan kami bisa mengetahui namanya, dan Ia berasal dari kecamatan dlangu di solo...

Bapak Dosen yang menunggu sertifikasi dosen sehingga gajinya bisa naik 2 kali lipat menjadi 7 juta itu dengan sangat antusias menceritakan bahwa, nilai yang diberikannya kepada mahasiswa hanya "A" dan "B", " yang bisa menyelesaikan dengan baik dapat "A", yang bodoh, sebodoh- bodoh nya dapat "B", saya simpel dan sederhana."

Walaupun banyak hal yang tidak dapat disetujui dari sikap simpel dan sederhana ala Pak dosen itu yang terlalu menggampangkan dan membuat mudah, sehingga setiap hal akhirnya tereduksi esensinya.

Tapi lucunya aku juga melihat paradok dari sikapku, betapa orang ini membuat semua tidak berbelit-belit.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bawa Aku ke Rumah Sakit

"Yan Yanti tolong ambilkan Bapak teh manis ya", "Inggih Pak",  bunyi suara dari dalam rumah Seorang wanita yang tidak muda tapi juga terlalu tua untuk di sebut separuh baya datang menuju teras menghampiri sebuah meja dan kursi di teras rumah, tempat seorang laki-laki, yang terlihat dari guratan wajahnya sekitar berusia kepala enam lagi duduk. "Bapak tadi malam tidur di mana Pak" Yanti bertanya dengan menyelidik tapi dengan nada hormat, "Bapak di mushola habis baca Qur'an terus ketiduran sekalian sholat shubuh.. Yanti masuk kembali ke dalam rumah,menuju sebuah kamar yang merupakan kamar tidur utama tempat majikannya dan mendiang istrinya. Kamar ini tampak bersih dan rapi. yang aneh adalah kamar ini selalu begini tampak sama,letak bantal,guling dan lipatan selimutnya. hampir sebulan ini kamar tidur ini selalu seperti ini ,tak ada perubahan,letak buku-buku di samping meja di sebelah ranjang  masih sama.. "Yan..yan..yan..!" Teri...

Sebuah Cerpen : Dua Puluh Tahun Yang Lalu

Aku rapikan rambut sebahuku yang tertiup angin. Menyusuri tepian jalan raya yang lengang, hanya ada beberapa bus kota hilir mudik dengan penumpang yang tak seberapa. Orang-orang jarang sekali yang berjalan di trotoar ini. Jalur sepeda angin juga sepi. Mobil-mobil listrik yang lagi trend dengan cat berwarna warni , biasanya lalu lalang di pagi dan sore hari, siang ini tidak tampak. Jam kerja dan dan jam sekolah memang waktu kurang pas untuk sekedar jalan-jalan Sebelum berangkat tadi aku membenahi kemeja yang lepas kancingnya, dan sengaja aku jahit pagi tadi. Dari kaleng bekas permen tempat jarum dan benang punya istriku, aku menemukan kancing baju, setidaknya bisa kembali pakai kemeja ini walau kancingnya berbeda warna. Aku menghampiri halte bus yang terlihat sepi. Berdiri sebentar dan menghampiri kotak persegi berkaki, aku membuka tutup atasnya dan langsung mengambil Koran pagi, dan membaca headline berita hari ini. Tidak ada yang menarik hanya sebuah berita tentang mered...

Lagi-lagi Uang

Beberapa menit lalu, obrolan dengan Pak Obet berakhir.. Pak Obet adalah orang yang baru saja saya kenal,seorang guru sekaloh di pelosok desa,mengajar Komputer, sebenarnya gak ada yang istemewa dari orang ini,,tapi kami ngobrol tentang sesuatu yang menarik. Beberapa pebincangan yang awalnya hanya obrolan ringan tentang lagu yang pada saat itu aku dengar,pengetahuannya tentang musik membuatku berhenti berbasa basi menanggapi pembicaraannya ,,,aku serius mendengarkan..pembicaraan berangsur-angsur mulai serius. ia berbicara tentang pengalamannya,dan tentang penolakannya terhadap Internet di sekolah yang ia kelola,,menurutnya internet banyak pengaruh buruk..aku menimbangi dengan senyum mungkin lagi terkesan dan tak ingin membantah,karena memang kadang tidak sepakat dengan apa yang ia kemukakan tapi aku memahami keresahan-keresahannya. Obrolan semakin lama semakin bergairah dari masalah golden age atau usia emas anak-anak hingga masalah manusia yang terjebak akan keinginan dan uang...