Hari itu a ku segera menuju kamar dan menutup pintu, merebahkan diri, mengistirahatkan wajahku yang lebam dan hatiku yang sakit. Di tilam kamar perasaanku masih bercampur aduk, marah, kecewa, sakit hati , dan aku sedang mengutuk diri ”A ku memang pengecut !!” Di sekitar mataku memar, bibir ku pecah. Mungkin hanya itu saja yang terlihat ketika aku bercermin di sebuah kaca spion mobil yang di parkir dipinggir jalan tadi . Aku masih menatap langit-langit kamar bingung harus bagaimana. A ku bertanya pada diriku sendiri. Apa yang harus kulakuan?. Tapi tak ada jawaban. Y ang aku tahu saat ini hanya bisa untuk diam merebah dan merasakan semua . Aku masih kalut dan terus berfikir. Tapi s epertinya tidak ada jalan keluar untuk ini semua karena penentuannya harusnya adalah tadi,. Harusnya aku bisa menghindar, aku bisa menyangkalnya. Semakin memikirkan peristiwa tadi aku semakin marah dan marah, tubuhku bergetar, aku merasa semarah ini tak pernah seperti ini