Langsung ke konten utama

Mental Slavery


Irama reggae menjamah pendengaran ketika tulisan ini mulai mengalun dan berayun mengikuti gerak langkah pikiran dan emosiku, sebuah nada indah yang teramu dalam melodi yang pelan dan tenang, dan tiba-tba sebuah penggalan lirik Robert Nesta Marley yang berjudul Redemtion Song tersangkut di otakku .

Penggalan lirik ini membuat sebuah alunan tenang menjadi semakin cepat dalam ruang pikirku, betapa nyata lirik ini meresahkan jiwa.



Emancipate your self for mental slavery,none but our self can free our minds.
(selamatkan dirimu dari perbudakan mental, tiada selain kita yang dapat membebaskan pikiran kita sendiri).

Senandung ini tidak lagi mendamaikan hati, sebuah lirik penuh makna, sebuah pencerahan dan pemahaman atas realitas hidup dan indahnya pencapaian kebijaksanaan ini,telah membuatku berfikir tentang realitas hidup sebagai manusia

Penggalan lirik Redemtion Song ini coba menggambarkan dunia yang tiada henti memaksa manusia terpenjara dalam keinginan dan kebutuhan hidup yang mereka ciptakan sendiri.

Lagu ini adalah lagu sepanjang jaman tiada akan mati karena penjiwaan dalam musik dan lirik adalah penjiwaan terhadap realitas.

Manusia sering kali menyerah terhadap dorongan-dorongan keinginan untuk mendaptkan sesuatu dengan mudah bahkan rela memberikan kemerdekaanya hanya untuk mendaptkan kenikmatan hidup, yang kadang juga membunuh kesadaraanya atas kemerdekaan yang tidak dia miliki,keterkekangan dalam penjara pemikiran yang memenjarakan hidup.




Benci,arogansi,ambisi,bahkan cinta yang berlebihan berbentuk fanatisme yang selalu memenjara manusia untuk melihat manusia yang lain sederajat dengannya tanpa manusia itu sendiri sadari.Lirik bob marley tersebut seperti sebuah gambaran atas keterkekangan pemikiran yang harusnya di bebaskan, dan pembebasan itu yang mampu melakukannya adalah manusia itu sendiri

Komentar

  1. "Emancipate your self for mental slavery,none but our self can free our minds"

    Penggalan lirik yg bukan hanya fenomenal, tapi sukses mengajak banyak orang untuk kembali berpikir..

    Piye yo carane nggawe lirik koyok ngono? hahaha...

    BalasHapus
  2. siiip blog'e
    semoga tetap bisa berkarya kawan...

    BalasHapus
  3. Masbro :iya..memang keren wong iku...
    Imam Shyhox (Boll) :terimaksih a alot..

    BalasHapus
  4. Bob adalah sosok yang setia pada proses.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bawa Aku ke Rumah Sakit

"Yan Yanti tolong ambilkan Bapak teh manis ya", "Inggih Pak",  bunyi suara dari dalam rumah Seorang wanita yang tidak muda tapi juga terlalu tua untuk di sebut separuh baya datang menuju teras menghampiri sebuah meja dan kursi di teras rumah, tempat seorang laki-laki, yang terlihat dari guratan wajahnya sekitar berusia kepala enam lagi duduk. "Bapak tadi malam tidur di mana Pak" Yanti bertanya dengan menyelidik tapi dengan nada hormat, "Bapak di mushola habis baca Qur'an terus ketiduran sekalian sholat shubuh.. Yanti masuk kembali ke dalam rumah,menuju sebuah kamar yang merupakan kamar tidur utama tempat majikannya dan mendiang istrinya. Kamar ini tampak bersih dan rapi. yang aneh adalah kamar ini selalu begini tampak sama,letak bantal,guling dan lipatan selimutnya. hampir sebulan ini kamar tidur ini selalu seperti ini ,tak ada perubahan,letak buku-buku di samping meja di sebelah ranjang  masih sama.. "Yan..yan..yan..!" Teri...

Pahlawan Tanpa Tanda Tanya...

Sebenarnya ketika melihat tema yang diberikan,sedikit bingung,karena harus menuliskan tentang pahlawan, aku melihat kata ini terlalu agung untuk di berikan kepada  seorang individu tertentu. P ahlawan yang kita ketahui dari pelajaran sekolah  berarti  sosok individu sangat hebat,dan pemberani. Dalam cerita cerita perjuangan mereka adalah protagonis dan para penjajah   adalah antagonisnya.. Ketika akan menuliskan kata pahlawan dalam benak  mulai membayangkan,seorang laki-laki di atas kuda putih yang berjingkat,orang itu memakai sorban putih dan memegang keris.    Dari banyaknya pejuang yang terkenal dan hidup di era penjajahan  seperti I Ketut Jelantik,Imam Bonjol,Diponegoro dan lain-lain, mereka sangat di kenal dan bahkan gambar mereka di tempelkan di dinding-dinding sekolahan.  Awetnya kehadiran bangsa Belanda selama 350 tahun di Indonesia adalah sebuah bukti bahwa penjajahan yang hanya dirasakan oleh beberapa golongan saja. Oran...

Lagi-lagi Uang

Beberapa menit lalu, obrolan dengan Pak Obet berakhir.. Pak Obet adalah orang yang baru saja saya kenal,seorang guru sekaloh di pelosok desa,mengajar Komputer, sebenarnya gak ada yang istemewa dari orang ini,,tapi kami ngobrol tentang sesuatu yang menarik. Beberapa pebincangan yang awalnya hanya obrolan ringan tentang lagu yang pada saat itu aku dengar,pengetahuannya tentang musik membuatku berhenti berbasa basi menanggapi pembicaraannya ,,,aku serius mendengarkan..pembicaraan berangsur-angsur mulai serius. ia berbicara tentang pengalamannya,dan tentang penolakannya terhadap Internet di sekolah yang ia kelola,,menurutnya internet banyak pengaruh buruk..aku menimbangi dengan senyum mungkin lagi terkesan dan tak ingin membantah,karena memang kadang tidak sepakat dengan apa yang ia kemukakan tapi aku memahami keresahan-keresahannya. Obrolan semakin lama semakin bergairah dari masalah golden age atau usia emas anak-anak hingga masalah manusia yang terjebak akan keinginan dan uang...